Selasa, 26 Juli 2016

engkau pergi

engkau pergi tanpa meninggalkan apa-apa. selain kenangan. tak pula engkau menoleh selepas pergi. Juli tak ada rasa sama sekali untuk mu lagi. engkau pernah bilang; doa [kadang] tak mengubah apa apa. ia adalah harapan bagi sekilas penenang jiwa.

sekian lama menunggu. kita kemudian memilih pergi dengan jalan masing masing. suatu kali nanti, kita tentu akan bertemu sebagai sesuatu yang asing. aku memilih menatap kepergianmu. ku harap engkau berpaling, sekali saja. 

sambil mengulang kalimat; jalan terbaik untuk tak melukai adalah tak pernah jatuh cinta, pada tempat yang salah. jatuh cinta adalah kesulitan, kataku. engkau tak setuju.  kasih tau padaku, berapa banyak butiran garam yang harus aku tabur pada luka ini?




Selasa, 24 Mei 2016

Hati dan Perasaan Kita Sedang Sakit, Op.

untuk yang pergi, kesedihan kita semakin gaib. sebagaimana sunyi dalam jiwa dalam bertasbih. tentang kesedihan nan luka akan arti kehilangan.

engkau tau hujan ini terbuat dari apa kekasih? kalau hujan di tengah malam jula. ia terjadi dari kumpulan air mata makhluk dirundung duka. kumpulan air mata yang sedang patah hati, terluka.

kita jadi ingat petuah seorang teman lama, tidak semua yang saling jatuh cinta bisa bersama. selain berpisah, selebihnya mereka menerima luka. harimau mati meninggal belang, cinta tak kesampaian meninggalkan luka. 

Sekian tahun kita mesti menunggu, meminta waktu yang tepat untuk mengungkap. Terkadang, op. Kita harus ikhlas meninggalkan orang yang begitu sangat kita cintai.

Kita telah berjuang dengan cara sehormat hormatnya, selayak layaknya. Bukan karena kita menyerah pada perjuangan mendapatkan itu. Tapi kita akhirnya memilih pada lelah berjuang sendirian.

Hati dan perasaan kita sedang sakit, Op. Engkau akhirnya memilih meninggalkan luka, membuatnya lebih parah yang sudah ada. Kukira, awalnya akan mengarah pada satu tujuan. Tetapi aku salah dan akhirnya kalah atas segala yang engkau jelaskan; tak ada alasan untuk berbagi. menjalani sisa umur bersama engkau, masa masa selanjutnya.

berangkatlah, sampai engkau benar benar lelah dan masa akhir akan tiba. engkau tau maop? memperbaiki hati yang terluka jauh lebih susah daripada memilih kata kata.


Senin, 11 April 2016

April Datang Terlambat Kali ini


badai akan berlalu dengan damainya, selain meninggalkan luka. selebihnya adalah nestafa. tak ada yag ganggu tak ada yang berani meniru. semua akan berakhir pada tempat yang jelas arahnya, tak ada bisa dipercepat ataupun dilambatkan. ibaratkan pada daun yang dipetik akan berbeda rasanya daun yang jatuh dihembus angin. badai.

sabar ada batas dan masanya, sayang. batas yang sama sekali tidak indah. engkau bisa mengakhiri dengan cepat, atau biarkan ia berjalan dengan sendirinya. masa itu akan tiba, dan engkau boleh tidak suka.

hujan datang rintik nan basah, April datang terlambat kali ini. berkali dibuat janji, tak sampai menepati. engkau tak perlu tergesa-gesa mengantar payung, sebelum kesedihanmu kali ini benar benar pecah. kala akan datang kesedihan, akan ditemukan pada wadah dan bentuknya. airmata sedang mengalir sendiri, menganak sungai dan engkau biarkan ia pergi, menjauh.

kau mungkin tak bisa lagi rindukan masa itu. kau boleh kembali atau tidak ke sini. ada banyak cerita-cerita luka yang tak pernah lelah, membuat kita saling jatuh cinta. mengantar jarah pada waktu yang tak pernah pasti. tetapi, sebelum masa itu benar benar tiba, aku masih menunggu dan membuka ruang itu.

untuk kita sama sama membangun sebuah cerita baru. tentang harapan, tentang masa depan. menunggumu, memperpanjang waktuku. tapi aku tak pernah peduli pada lamanya itu.

Kamar Seribu Bayangan, 12 April 2016

Sabtu, 09 April 2016

Sampai Masa Akan Tiba

sampailah pada masa waktunya akan tiba, tentang rindu tak akan berbalas rindu.  setiap perasaan akan menemukan muara yang saling berjuang. bukan pada yang ingin diperjuangkan. Kita akhirnya harus memilih, membunuh kenangan pada rasa dari masing masing yang ada. kita akhirnya memilih menyerah pada keadaan yang sudah ada. tak ada dendam, tak ada kebencian. engkau masih ingat saat pertama kali kita bertemu pada statiun kereta di simpang lima? di bawah rintik sambil menunggu hujan reda.

aku menghampiri karena terpanggil atas tubuhnya yang sedang gugup. di balik kedinginan, engkau benar benar seorang yang dingin. aku melihat, air matamu becampur dengan basah hujan. kepada apa lagi wanita menghamba kesedihan selain dari meneteskan air mata?

secinta-cintanya kamu sekarang, ingatkan pada dulu pernah ada orang yang hadir dalam diri kita masing masing. tapi kemudian lepas landas dan merasakan kesepian ke sekian kali. kita mesti melanjut hidup, tapi dengan membunuh kenangan pada mantan kekasih kita masing masing. tak ada yang perlu diratapi akan kesendirian. jika engkau sepakat, mari kita berjuang dan bahagia bareng-bareng. itu lebih indah yang kita bayangkan.


‪#‎TelanBeko‬

Rabu, 03 Februari 2016

Hapus Air Matamu, Husna


selamat tidur. hai, bagaimana aku seharusnya menggambar wajahmu? sudah dua kali kucoba pada kertas, ia lalu robek. aku berusaha mengingat ngingat kembali, masalah kemudian datang yang lain. pensilku patah, berdarah. seperti darah air mata atas kepedihan hatimu selama ini. ah, bukan. bisa jadi itu hanya bentuk gumpalan engkau berkorban dengan darah. aku kembali gagal gambar wajahmu. sekali terbayang, anggun sangat.


apa kita pernah bertemu sebelumnya, husna? aku mencoba mengingat kembali masa beratus hari hari yang ku lalui. begitu sulit sekali membayangkan wajahmu, aku hanya menerka nerka engkau berdiri di halte itu. sebuah sore, entah sedang berteduh dari basah hujan. atau engkau sedang menunggu seseorang? 

aku seperti melihat. basah kedua bola matamu. aku tidak tau engkau sedang menangis merindukan seseorang. atau sedang meratap kesedihan. tapi adakah rindu yang harus bersedih, husna? mungkin aku terlalu cepat mengambil kesimpulan. bisa jadi basah bola matamu karena derap air hujan sore itu, begitu deras. tetapi kenapa wajahmu murung sekali. 

antara kita butuh duduk berdua di tempat tenang nan sepi, tanpa bicara, hanya saling menatap. aku ingin sekali mengusap bulir air matamu. perlahan dengan lembut. tapi tanganku kasar, sebagai pekerja berat engkau mesti mengerti tentang kenapa tangan pria tampak kasar. 

kemudian saling berpisah dengan kesimpulan masing masing dalam hati kita. kita bisa bertemu pada alasan saling kehilangan. mungkin juga bernasib sama pada; kesepian.  sedikit bicara masa lalu, dan masa depan tentang arah tujuan hidup kita.

husna, tidak ada kekecewaan abadi. ini cara Tuhan mengajarimu untuk bisa terus bertahan, tentang waktu. tentang kesimpulan pada takdirNya []

Ruang Gelap
SelayangPandang. Diberdayakan oleh Blogger.