Saya tak pernah setuju bahwa jatuh cinta dengan tergesa-gesa pada seorang perempuan seperti anak kecil yang tiba-tiba jatuh cinta pada sebuah mainan di etalase toko tepi jalan. Setiap orang memang cenderung demikian tergesa-gesa menerima cinta sebagai sesuatu yang gampang dan sepenuhnya indah, tanpa luka. Padahal Kahlil Gibran pernah bilang bahwa cinta adalah; mahkota sekaligus penyaliban. Tapi kerapkali kita menolak satu sisi perih dari keping cinta bermata dua. Kita lupa, cinta juga ada suka dan luka.
Cinta seperti juga memahami bentuk grativikasi. ia kerap terjatuh pada model atau bentuk yang berbeda-beda. kita kemudian yang berprasangka, menduga-duga yang entah. Banyak hal, banyak soal tentang sangka-sangka itu. Pernah disesalkan dari perginya seseorang yang engkau kagumi dan banggakan? sebab kenangan menjadi berharga atas hadirnya.
Hadirlah sebentar saja, untuk sekedar melihat gimana rupa wajah rindu. Betapa jahannamnya membual dan prasangka atas rindu yang menggebu-gebu itu. Lalu siapa yang sanggup membunuh kenangan? Pada buku, pada wajahnya, pada rindu. Ketika ada hati dan rasa yang tak bahagia, mungkin satu dari banyak sebab karena engkau belum mengikhlaskan.
Jika setiap hal yang kau damba berjalan sesuai rencana, kau tak akan pernah paham bahwa sesekali kecewa itu menguatkan. Saat harapan tak sampai memang terasa sangat menyebalkan, disitu barangkali cara terbaik melawan kesepian adalah dengan tidak lagi jatuh cinta pada tempat yang salah. Jatuh cinta adalah kesulitan kawan, demikian surah Pram.
Tuhan, maafkan saya merasa berdosa tidak mampu menyelamatkannya dari tangan lelaki yg salah. Maop, adakalanya engkau harus meninggalkan orang yang sangat kamu cintai, bukan karena telah menyerah berjuang mendapatkannya, tapi kita telah lelah untuk berjuang sendirian.
Arsip Blog
SelayangPandang. Diberdayakan oleh Blogger.